BANDUNG, - Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna menilai sejumlah sekolah telah memahami persyaratan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
Penilaian Ema tersebut berdasarkan hasil peninjauan ke sejumlah sekolah yang melaksanakan uji coba PTMT. Termasuk saat ia meninjau SMPN 43 Kota Bandung dan ke TK dan SMP Assalam Kota Bandung, Senin 14 Juni 2021.
Menurutnya, para guru bersama Kepala Sekolah telah memahami alur pada saat siswa datang, hingga pada saat pulang.
"Kebetulan ini (di SMPN 43) levelnya SMP jadi yang ada itu kelas 7,8, kalau 9 kan sudah keluar mau masuk ke kelas 10. Mereka sudah mengatur bagaimana pintu kedatangan atau alur kedatangan dan juga alur kepulangan dan mereka sudah tahu bahwa sesuai dengan ketentuannya," katanya.
"Apabila nanti pelaksanaan PTMT maka maksimum dari kapasitas ruang dan dari jumlah siswa yang ada itu hanya 25 persen. Jadi misalnya rata-rata di sini per kelasnya, ada 32 siswa artinya itu maksimum hanya 8 orang," lanjutnya.
Selain itu, siswa maksimum mendapatkan dua mata pelajaran dengan masing-masing 1 jam. Kemudian tidak ada waktu untuk istirahat, dan kantin tidak boleh buka.
"Jadi mereka semua, kebiasaan jajan dan lain sebagainya tidak ada. Mereka rata-rata sudah membawa makanan dan minuman sendiri. Bahkan tadi saya cek mereka rata-rata sudah membawa hand sanitizer sendiri," ucap Ema.
"Artinya informasi dan edukasi ke siswanya ini sudah berjalan cukup baik. Hanya yang jadi kendala umum adalah ternyata masih ada 30 persen siswa yang masih menggunakan jasa transportasi umum," katanya.
"Perilaku inilah yang harus kita waspadai. Karena kita tidak tahu perilaku para siswa atau layanan di transportasi umum seperti apa. Tidak semua orang tua juga memiliki alat transportasi. Mungkin karena persoalan waktu, sibuk, tidak ada waktu mengantar anak," imbuhnya.
Ema pun mengingatkan kepada para guru agar dapat mengawasi ketat terhadap siswa jika PTMT ini dilaksanakan. Sehingga jangan sampai dibiarkan terlalu bebas saat di sekolah.
"Bahkan tadi saya melihat siswa mau toilet pun diantar. Jangan sampai nanti mereka misalnya arahnya tidak sesuai dengan kepentingan," katanya.
"Begitu pun dalam proses pulang makanya kami mintakan 1-2 menit itu yang namanya pendidikan 5M harus disampaikan, perilaku mereka datang dan pergi tidak boleh ada ruang kesempatan mereka bermain. Karena dengan alasan sudah lama tidak bertemu dengan teman dan sebagainya." Lanjutny.
"Ada kerinduan, kemudian belok kiri belok kanan, bahkan ke mana pun, ini yang membahayakan. Karena tiba-tiba mereka tanpa sadar bergandengan tangan dan lain sebagainya Itu yang tentunya harus diingatkan," katanya.
Ema menilai, secara umum sekolah sudah memahami apabila PTMT. Tapi melihat situasi dan kondisi pandemi saat ini tetap harus waspada.
"Secara umum, mereka sudah memahami apabila PTMT itu nanti akan diambil oleh Pak Walikota. Tapi saya katakan bahwa kalau melihat situasi dan kondisi pandemi saat ini Bandung sedang dalam kondisi harus waspada Tinggi," katanya.
"Karena kondisinya sekarang (kasus Covid-19) baik kumulatif termasuk aktif termasuk juga BOR kita ini semuanya sedang bergerak dan sedang mengkhawatirkan," ungkapnya.
Ema mengatakan, angka positif aktif sebanyak 1.118 kasus. Sedangkan keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) mendekati angka 89 persen.
"Jadi hampir semua rumah sakit sekarang ini okupansinya terjadi peningkatan. Kita sedang terus menambah tempat tidur di seluruh rumah sakit rujukan yang ada di kota Bandung," katanya.
Penilaian Ema tersebut berdasarkan hasil peninjauan ke sejumlah sekolah yang melaksanakan uji coba PTMT. Termasuk saat ia meninjau SMPN 43 Kota Bandung dan ke TK dan SMP Assalam Kota Bandung, Senin 14 Juni 2021.
Menurutnya, para guru bersama Kepala Sekolah telah memahami alur pada saat siswa datang, hingga pada saat pulang.
"Kebetulan ini (di SMPN 43) levelnya SMP jadi yang ada itu kelas 7,8, kalau 9 kan sudah keluar mau masuk ke kelas 10. Mereka sudah mengatur bagaimana pintu kedatangan atau alur kedatangan dan juga alur kepulangan dan mereka sudah tahu bahwa sesuai dengan ketentuannya," katanya.
"Apabila nanti pelaksanaan PTMT maka maksimum dari kapasitas ruang dan dari jumlah siswa yang ada itu hanya 25 persen. Jadi misalnya rata-rata di sini per kelasnya, ada 32 siswa artinya itu maksimum hanya 8 orang," lanjutnya.
Selain itu, siswa maksimum mendapatkan dua mata pelajaran dengan masing-masing 1 jam. Kemudian tidak ada waktu untuk istirahat, dan kantin tidak boleh buka.
"Jadi mereka semua, kebiasaan jajan dan lain sebagainya tidak ada. Mereka rata-rata sudah membawa makanan dan minuman sendiri. Bahkan tadi saya cek mereka rata-rata sudah membawa hand sanitizer sendiri," ucap Ema.
"Artinya informasi dan edukasi ke siswanya ini sudah berjalan cukup baik. Hanya yang jadi kendala umum adalah ternyata masih ada 30 persen siswa yang masih menggunakan jasa transportasi umum," katanya.
"Perilaku inilah yang harus kita waspadai. Karena kita tidak tahu perilaku para siswa atau layanan di transportasi umum seperti apa. Tidak semua orang tua juga memiliki alat transportasi. Mungkin karena persoalan waktu, sibuk, tidak ada waktu mengantar anak," imbuhnya.
Ema pun mengingatkan kepada para guru agar dapat mengawasi ketat terhadap siswa jika PTMT ini dilaksanakan. Sehingga jangan sampai dibiarkan terlalu bebas saat di sekolah.
"Bahkan tadi saya melihat siswa mau toilet pun diantar. Jangan sampai nanti mereka misalnya arahnya tidak sesuai dengan kepentingan," katanya.
"Begitu pun dalam proses pulang makanya kami mintakan 1-2 menit itu yang namanya pendidikan 5M harus disampaikan, perilaku mereka datang dan pergi tidak boleh ada ruang kesempatan mereka bermain. Karena dengan alasan sudah lama tidak bertemu dengan teman dan sebagainya." Lanjutny.
"Ada kerinduan, kemudian belok kiri belok kanan, bahkan ke mana pun, ini yang membahayakan. Karena tiba-tiba mereka tanpa sadar bergandengan tangan dan lain sebagainya Itu yang tentunya harus diingatkan," katanya.
Ema menilai, secara umum sekolah sudah memahami apabila PTMT. Tapi melihat situasi dan kondisi pandemi saat ini tetap harus waspada.
"Secara umum, mereka sudah memahami apabila PTMT itu nanti akan diambil oleh Pak Walikota. Tapi saya katakan bahwa kalau melihat situasi dan kondisi pandemi saat ini Bandung sedang dalam kondisi harus waspada Tinggi," katanya.
"Karena kondisinya sekarang (kasus Covid-19) baik kumulatif termasuk aktif termasuk juga BOR kita ini semuanya sedang bergerak dan sedang mengkhawatirkan," ungkapnya.
Ema mengatakan, angka positif aktif sebanyak 1.118 kasus. Sedangkan keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) mendekati angka 89 persen.
"Jadi hampir semua rumah sakit sekarang ini okupansinya terjadi peningkatan. Kita sedang terus menambah tempat tidur di seluruh rumah sakit rujukan yang ada di kota Bandung," katanya.