BANDUNG - Kepala Seksi Kurikulum PSMP Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Bambang Ariyanto merasa terbantu dengan hadirnya TV Satelit Bandung 132. Sebab materi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diberikan lebih komprehensif dan bisa mudah dipahami dengan pendekatan konten bermuatan lokal.
Bambang mengungkapkan, Disdik telah menyurvei pelaksanaan PJJ. Hasilnya, PJJ tidak cukup jika mengandalkan pemberian tugas saja. Sehingga harus ada pembahasan materi yang lebih meluas.
Ia mengungkapkan, hasil survei itu 91,8 persen guru memberikan tugas. Sedangkan 89,6 persen siswa bosen karena tugas.
"Jadi tidak ada narasumber ketika guru menyampaikan tugas maka anak hanya mengerjakannya. Ini (Bandung 132) melengkapi. Ketika diberikan tugas, ada narasumber yang juga itu guru sendiri," papar Bambang, di Balai Kota Bandung, Kamis, 22 Oktober 2020.
Untuk itu, lanjut Bambang, adanya TV Bandung 132 memberikan peluang lebih besar kepada Disdik untuk memberikan materi PJJ lebih komprehensif. Bahkan bisa lebih spesifik sesuai tingkatan kelas dari SD hingga SMP. Ditambah dengan muatan lokal.
"Karena pemerintah diberikan 24 jam maka leluasa untuk melengkapi konten-konten yang seharusnya diberikan di kelas. Berbasis kompetensi dasar, sub tema dan pertemuan, semua mata pelajaran dan semua tingkat kelas ada," ujarnya.
"Tentu saja sebelum semua konten ditayangkan, kami memvalidasi konten. Sehingga apa yang disampaikan sudah melalui tahapan proses, penyetandaran materi, validasi konten, seleksi guru, pemetaan kompetensi dasar, pemetaan materi," tambahnya.
Bambang menyebutkan, keleluasaan memberikan materi PJJ melalui TV Bamdung 132 juga sekaligus untuk penyetaraan target kurikulum. Karena tidak menutup kemungkinan capaian kurikulum di tiap sekolah akan sedikit berbeda.
"Setiap sekolah berbeda memberikan kecepatan materi. Dengan televisi ini bisa untuk penyamaan kecepatan target kurikulum dan bisa mengukur ritmenya."
"Karena jumlah guru terlalu banyak sehingga kemarin kesulitan mengaturnya. Dngan ini bisa disamakan. Karena setiap sekolah ada target pencapaian kurikulum," bebernya.
Bambang menuturkan, PJJ melalui TV Bandung 132 ini menggunakan narasumber dari guru sekolah di Kota Bandung. sehingga tercipta kedekatan yang lebih erat antara sekolah dengan murid ataupun orangtuanya.
Walhasil, para siswa lebih antusias karena menyaksikan gurunya hadir di televisi. Kemudian orangtua lebih aktif lantaran sudah memiliki kedekatan dengan para guru ataupun telah terjalin komunikasi yang baik bersama pihak sekolah.
"Kami meyerap keluhan orang tua siswa kaya kerinduan bertemu guru dan materi diterangkan. Tapi kami tidak punya media. Sekarang konten dan kreativitas guru difasilitasi," terangnya.
Sementara itu, Ketua Bandung Economic Empowerment Center (BEEC), Ujang Koswara selaku fasilitator atas lahirnya TV Bandung 132 berkomitmen untuk menghadirkan tayangan hingga di level RT. Setidaknya mampu menjangkau 65 ribu siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) yang kesulitan selama proses PJJ.
Sebagai komunitas kreatif yang lahir di Kota Bandung, Ujang memastikan BEEC akan membantu pemasangan piranti penerima siaran yakni set top box atau dekoder dan antena mini parabola di 5 ribu titik.
Sisanya, ia juga siap membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk mencari suntikan dana dari bantuan sosial perusahaan. Sebab, mengingat keberadaan TV Bandung 132 yang hadir tanpa menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Ini problemnya tanpa anggaran. (Decoder) 5 ribu dari BEEC dan yang 5 ribu sisasanya mencari partisipasi karena kondisinya darurat. Karena kalau pakai anggaran dan sejenisnya kita kehilangan momentum. Kalaupun bisa tahun depan," kata Ujang.
Selain memberikan sokongan perangkat, Ujang juga memastikan BEEC akan ikut membantu untuk pemeliharaannya. Saat ini, perangkat untuk penerima siaran TV Bandung 132 sudah terpasang 1.000 unit yang tersebar di tingkat RT di Kecamatan Arcamanik dan Batununggal.
"Ini dihibahkan ke warga, tidak ada lagi di situ milik Pemkot Bandung. Serahterimanya langsung dari kawan-kawan saya yang nitip itu ke RT. Kalau ada masalah itu ada pengaduan nomor telepon di televisinya bisa menghubungi kita," katanya.
Bambang mengungkapkan, Disdik telah menyurvei pelaksanaan PJJ. Hasilnya, PJJ tidak cukup jika mengandalkan pemberian tugas saja. Sehingga harus ada pembahasan materi yang lebih meluas.
Ia mengungkapkan, hasil survei itu 91,8 persen guru memberikan tugas. Sedangkan 89,6 persen siswa bosen karena tugas.
"Jadi tidak ada narasumber ketika guru menyampaikan tugas maka anak hanya mengerjakannya. Ini (Bandung 132) melengkapi. Ketika diberikan tugas, ada narasumber yang juga itu guru sendiri," papar Bambang, di Balai Kota Bandung, Kamis, 22 Oktober 2020.
Untuk itu, lanjut Bambang, adanya TV Bandung 132 memberikan peluang lebih besar kepada Disdik untuk memberikan materi PJJ lebih komprehensif. Bahkan bisa lebih spesifik sesuai tingkatan kelas dari SD hingga SMP. Ditambah dengan muatan lokal.
"Karena pemerintah diberikan 24 jam maka leluasa untuk melengkapi konten-konten yang seharusnya diberikan di kelas. Berbasis kompetensi dasar, sub tema dan pertemuan, semua mata pelajaran dan semua tingkat kelas ada," ujarnya.
"Tentu saja sebelum semua konten ditayangkan, kami memvalidasi konten. Sehingga apa yang disampaikan sudah melalui tahapan proses, penyetandaran materi, validasi konten, seleksi guru, pemetaan kompetensi dasar, pemetaan materi," tambahnya.
Bambang menyebutkan, keleluasaan memberikan materi PJJ melalui TV Bamdung 132 juga sekaligus untuk penyetaraan target kurikulum. Karena tidak menutup kemungkinan capaian kurikulum di tiap sekolah akan sedikit berbeda.
"Setiap sekolah berbeda memberikan kecepatan materi. Dengan televisi ini bisa untuk penyamaan kecepatan target kurikulum dan bisa mengukur ritmenya."
"Karena jumlah guru terlalu banyak sehingga kemarin kesulitan mengaturnya. Dngan ini bisa disamakan. Karena setiap sekolah ada target pencapaian kurikulum," bebernya.
Bambang menuturkan, PJJ melalui TV Bandung 132 ini menggunakan narasumber dari guru sekolah di Kota Bandung. sehingga tercipta kedekatan yang lebih erat antara sekolah dengan murid ataupun orangtuanya.
Walhasil, para siswa lebih antusias karena menyaksikan gurunya hadir di televisi. Kemudian orangtua lebih aktif lantaran sudah memiliki kedekatan dengan para guru ataupun telah terjalin komunikasi yang baik bersama pihak sekolah.
"Kami meyerap keluhan orang tua siswa kaya kerinduan bertemu guru dan materi diterangkan. Tapi kami tidak punya media. Sekarang konten dan kreativitas guru difasilitasi," terangnya.
Sementara itu, Ketua Bandung Economic Empowerment Center (BEEC), Ujang Koswara selaku fasilitator atas lahirnya TV Bandung 132 berkomitmen untuk menghadirkan tayangan hingga di level RT. Setidaknya mampu menjangkau 65 ribu siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) yang kesulitan selama proses PJJ.
Sebagai komunitas kreatif yang lahir di Kota Bandung, Ujang memastikan BEEC akan membantu pemasangan piranti penerima siaran yakni set top box atau dekoder dan antena mini parabola di 5 ribu titik.
Sisanya, ia juga siap membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk mencari suntikan dana dari bantuan sosial perusahaan. Sebab, mengingat keberadaan TV Bandung 132 yang hadir tanpa menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Ini problemnya tanpa anggaran. (Decoder) 5 ribu dari BEEC dan yang 5 ribu sisasanya mencari partisipasi karena kondisinya darurat. Karena kalau pakai anggaran dan sejenisnya kita kehilangan momentum. Kalaupun bisa tahun depan," kata Ujang.
Selain memberikan sokongan perangkat, Ujang juga memastikan BEEC akan ikut membantu untuk pemeliharaannya. Saat ini, perangkat untuk penerima siaran TV Bandung 132 sudah terpasang 1.000 unit yang tersebar di tingkat RT di Kecamatan Arcamanik dan Batununggal.
"Ini dihibahkan ke warga, tidak ada lagi di situ milik Pemkot Bandung. Serahterimanya langsung dari kawan-kawan saya yang nitip itu ke RT. Kalau ada masalah itu ada pengaduan nomor telepon di televisinya bisa menghubungi kita," katanya.